Membumikan Statcap Cerdas


Setelah diluncurkan tanggal 18 Januari 2011 lalu, Statcap Cerdas (SC) resmi menjadi program andalan BPS meraih visi dan misinya dimasa depan. Acara pencanangannya berlangsung semarak di gedung megah STIS yang baru saja selesai dibangun. 

Dua bulan setelah peluncurannya, saya mencoba merekam respon pegawai. Salah satunya sebut saja Mardi, seorang pejabat eselon IV di BPS. Suatu ketika, Mardi bertanya kepada stafnya yang paling senior tentang statcap cerdas. 

Bukannya menjawab, si staf balik bertanya, emang bapak paham?. “Ya pahamlah”, jawabnya ketus. Seharian Mardi membongkar semua file dan info berkaitan dengan statcap cerdas. Dia nggak mau wibawanya jatuh dimata sang bawahan.

Penelusuran pertama, tentu saja ke mbah google. Artikel tentang SC ditemukan di beberapa situs BPS propinsi dan blog pribadi mahasiswa STIS. Semua artikel tersebut bermuara ke http://statcap.bps.go.id. Tidak banyak informasi baru yang dia dapat disitu. 

Situs hanya memuat hal-hal biasa seperti ikhtisar, rencana strategis, bisnis inti, kerangka desain proyek dan komponen proyek.Perwajahannya kaku, monoton dan tidak eyecathing, persis laporan proyek. Padahal Mardi berharap minimal dia menemukan langkah awal untuk mengenal lebih dekat SC.

Bahwa statcap itu ibarat rumah masa depan BPS, Mardi paham. Rumah itu terdiri dari empat pilar atau tiang. Tapi bagaimana keempat pilar (kelembagaan, teknologi informasi dan komunikasi, sumberdaya manusia dan kualitas data statistik yang terpercaya) itu akan diimplentasikan, Mardi masih bingung. 

Dari empat pilar itu, yang Mardi tahu dan sudah rasakan perubahannya adalah pilar teknologi informasi dan komunikasi. Yang namanya video conference, Mardi sudah pernah melihatnya lewat press release inflasi setiap tanggal 1. 

Ketika Kepala BPS menyampaikan angka inflasi, seluruh BPS propinsi akan mendapat informasi yang sama secara langsung. Suasana kantor BPS di 33 propinsi itu pun bisa kita saksikan lewat 33 monitor TV yang terpampang di ruang video conference

Begitu juga dengan program one man one PC, Mardi serta para KSK di seluruh nusantara sudah merasakan nikmatnya punya Laptop canggih dengan layar bisa berputar 180 derjat.

Pilar kelembagaan, Mardi pernah mendengar rencana penambahan Deputi dan Biro baru yang terkait dengan integrasi kegiatan statistik. Hanya itu yang Mardi tahu. Untuk menghapus dahaganya, penjelajahan Mardi berlanjut ke majalah varia statistik. 

Dalam edisi Oktober 2010 (hal 11), Enny Lestariningsih memberikan pencerahan. Walau penuh istilah asing yang membuat lidah Mardi kelu ketika membacanya, Mardi mulai paham. Ujung dari penataan kelembagaan ini adalah organisasi BPS yang efektif dan efisien. Bagi Mardi, kata kunci di ujung kalimat ini cukup membuatnya mengerti.

Pilar kualitas data statistik bagi Mardi tidak terlalu asing. Penjelasan Sri Andayani di Varia Statistik Edisi September 2010 cukup terang benderang, tetapi lagi-lagi karena penuh bahasa Inggris, Mardi merem saja. 

Baginya kualitas data berkaitan dengan kemampuan BPS menghasilkan data tepat waktu, jujur apa adanya dan sesuai dengan kaidah statistik. Bahwa ada pihak-pihak luar seperti mass media, politikus, pengamat, anggota DPR dan para analis yang mempermasalahkan “kualitas data” BPS, Mardi bisa “memahami”. 

Kalau kondisi negara masih carut marut seperti ini, politikus saling sikut, pengamat cuma nyari nama supaya bisa tayang di TV dan koran atau majalah butuh bad news is good news, sebaik apapun statistik dihidangkan, tak kan sedap dipandang mata.

Dari keempat pilar statcap tadi, pilar SDM lah yang menurut Rusman Heriawan point penting untuk bisa mewujudkan ketiga pilar sebelumnya. Untuk point ini Mardi harus setuju dengan Kepala BPS yang sudah berkali-kali menyebut hal tersebut disetiap pertemuan baik dengan jajaran struktural maupun para staf. 

Mardi paham bahwa secara praktek sulit untuk merubah perilaku, pola pikir dan budaya kerja pegawai tanpa adanya aturan yang disepakati, reward and punishment serta pengawasan yang melekat. Mardi punya pemahaman sederhana soal SDM ini. 

Aturan yang disepakati, baginya adalah point penting. Sejak pemberlakuan jam kerja baru tahun lalu, Mardi selalu berusaha memenuhinya. Berangkat jam 5 shubuh pun dijabaninya. Mardi rela menjalaninya karena disetiap pertengahan bulan dia akan mendapat imbalan atas disiplinnya tadi, itu yang namanya reward

Jika sebaliknya dia bermalas-malasan, maka dia akan mendapat punishment yaitu tunjangannya akan dipotong sesuai dengan aturan yang disepakati sejak awal.

Untuk saat ini reward yang diterima Mardi sudah cukup untuk membiayai hidupnya. Tapi ingat, kondisi ini baru satu tahun berjalan. Karena cukup lama hidup dibawah standar, sebenarnya Mardi cukup kalang kabut mengatur keuangannya. 

Digoyang kanan kiri atau ditarik dari sisi manapun, gaji yang diterima tidak berimbang dengan pengeluarannya. Selama ini Mardi cukup terbantu dengan pinjaman lunak koperasi. Slogan koperasi menabung dikala ada membantu anggota yang hampa benar-benar mengena dihati Mardi. 

Sayangnya, slogan bagus tersebut hanya berlaku untuk sisi membantu anggota yang hampa saja, untuk menabung Mardi belum punya kelebihan.

Perjalanan pencarian makna SC Mardi berlanjut. Dalam Variaedisi September 2010 lalu, akhirnya dia menemukan sebuah benang merah bahwa dalam upaya melakukan reformasi birokrasi di BPS perlu ada yang namanya nilai-nilai luhur yang dipunyai pegawai sejak dulu kala yaitu semangat profesional, mempunyai integritas dan tentu saja bekerja sesuai amanah

Otak kiri Mardi mulai bekerja, mencoba mengkaitkan 4 pilar SC dengan nilai-nilai inti tadi. Pertanyaan berkecamuk dikepala Mardi. Bukankah nilai-nilai luhur itu berasal dari filosofi dasar yang melandasi cara kerja pegawai sejak dulu kala? 

Artinya nilai-nilai itu kan sudah ada di dalam kalbu seluruh pegawai BPS. Lalu kenapa sekarang mesti diimplementasikan lagi?, bathinnya. “Ah, mungkin saja nilai-nilai itu telah luntur, sehingga pimpinan menyimpulkan bahwa core value tersebut harus dihidupkan lagi lewat semangat statcap cerdas. Untuk sesaat Mardi mencoba paham.

Tahun ini (2011) merupakan tahun implementasi SC. Tapi hingga memasuki bulan ini, Mardi belum juga tahu harus melakukan perubahan apa. Dalam sebuah diskusi dengan teman sejawat, Mardi mendapatkan kesimpulan yang sama. 

Sederhananya menurut Mardi, perlu ada buku pedoman atau pusat informasi mengenai perkembangan SC, apa yang telah selesai dikerjakan, apa yang akan dikerjakan, publik mesti tahu. Kan penelitian EY memberikan sinyal itu. 

Jika sebuah program dibangun tanpa melibatkan keikutsertaan user (pengguna) dijamin program tersebut akan gagal. Pusat informasi tadi berfungsi menampung dan menjawab setiap pertanyaan yang timbul dengan mudah, meriah dan gampang di akses. Ingat ini program bukan hanya di BPS pusat saja.

Mardi menilai SC belum mampu memaksimalkan kemajuan IT untuk memacu sosialisasi SC. Memang akan dibentuk yang namanya managemen perubahan, tetapi bagi seorang Mardi, pertanyaan yang timbul mesti ada jawabannya, dan itu harus mudah, cepat dan dengan bahasa rakyat yang sederhana. 

Mardi tidak mau menvonis terlalu cepat, barangkali untuk tahap awal sosialisasi SC memang belum banyak dilakukan, tapi mengingatkan boleh dong. Untuk sementara Mardi cukup puas.

Puas membolak balik Varia, penelusuran Mardi berhenti di sebuah buku kecil karangan Subagjo DW. Buku ini mirip chicken soup for the soul. Buku yang sempat dicetak ulang dan dibagikan ke seluruh BPS kabupaten/kota berisi tulisan-tulisan pak Bagyo yang relevan dengan semangat reformasi birokrasi yang sedang digaungkan BPS. Pak Rusman benar.

Buku ini memberikan banyak pencerahan dengan contoh-contoh kasus yang dekat dengan keseharian Mardi. Setelah membaca dengan cermat, Mardi coba meretas keterkaitan antara SC, PIA dan pencapaian visi misi BPS. 

Kesimpulan prematur Mardi, untuk mencapai kualitas data yang terpercaya harus melewati program statcap cerdas dibalut oleh semangat menjadi seorang pegawai yang profesional, memiliki integritas dan berani memegang amanah. Mardi puas....

Comments

Popular posts from this blog

Ini Dia 5 Tips Terbang Cepat dari YIA

Baladewa Harus Ikutan Sensus